Minggu, 08 Maret 2015

UNESCO KECAM

PARIS, KOMPAS.com - Pemimpin UNESCO, Jumat (6/3/2015), mengecam keras penghancuran kota kuno Assiria, Nimrud di Irak yang dilakukan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Saya mengecam keras penghancuran situs bersejarah Nimrud. Saya sudah membicarakan masalah ini dengan pemimpin DK PBB dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)," ujar Pemimpin UNESCO Irina Bokova lewat sebuah pernyataan resmi.

"Kita tak bisa tinggal diam. Penghancuran sebuah peninggalan kebudayaan adalah sebuah kejahatan perang. Saya menyerukan kepada seluruh pemimpin politik dan agama di dunia untuk menentang hal ini. Sebab tak ada pembenaran apapun untuk penghancuran peninggalan kebudayaan kemanusiaan seperti ini," tambah Bokova.

Sebelumnya, pemerintah Irak mengabarkan ISIS dengan menggunakan buldozer menghancurkan kota kuno Nimrud yang adalah peninggalan kekaisaran Assiria yang berasal dari masa 3.500 tahun sebelum masehi.

"UNESCO bertekad akan melakukan apapun untuk mendokumentasikan dan melindungi peninggalan bersejarah di Irak dan memimpin perlawanan terhadap penjualan artefak kuno yang digunakan untuk membiayai terorisme," kata Bokova.

Nimrud adalah nama dalam bahasa Arab untuk kota kuno Assiria bernama Kalhu yang terletak di sebelah selatan kota Mosul yang tak jauh dari Sungai Tigris, Irak. Kota kuno ini memiliki areal 360 hektare dan reruntuhan Nimrud ditemukan dalam radius satu kilometer dari desa Noomanea, provinsi Nineveh, Irak.

Sebelum menghancurkan kota kuno Nimrud, belum lama ini ISIS juga merilis video yang memperlihatkan sejumlah anggota kelompok itu merusak patung-patung kuno koleksi museum kota Mosul dengan menggunakan palu besar dan bor.

Thx to kompas.com

Berita ttg isis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, mengungkapkan adanya keterkaitan antara 16 warga negara Indonesia (WNI) yang hilang di Suriah dengan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dugaan itu kini terus didalami dengan bantuan Mabes Polri.
"Masih dilakukan pendalaman. Mungkin ada satu atau dua yang pernah muncul namanya," kata Iqbal, saat dijumpai di Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (8/3/2015).
Sebanyak 16 WNI yang hilang di Turki diduga sengaja berpisah dengan rombongan tur untuk menuju Suriah. Mereka terdiri dari tiga keluarga, seorang anak, dan dua orang yang tidak memiliki hubungan keluarga.
Iqbal mengungkapkan, Kemenlu telah melibatkan TNI, Polri, Badan Intelijen Negara dan Badan Nasional Penanggulangan Teroris untuk menggali informasi. Pihak keluarga dari 16 WNI itu juga telah dimintai informasi, termasuk agen biro perjalanan yang mengantar tur ke Turki.
"Masih kita dalami, kita minta salinan passport dan berkomunikasi dengan keluarga," ujar Iqbal.
Sebelumnya, Iqbal mengatakan 16 WNI yang hilang di Turki telah sejak awal tak ingin kembali ke Indonesia. Pernyataan itu ia lontarkan merujuk pada kronologi kejadian.
Iqbal menjelaskan, pada 24 Februari 2015, 16 WNI tersebut tiba di Bandara Attaturk, Turki, bersama rombongan tur. Tapi pada 28 Februari 2015 mereka berpisah dari rombongan tur dengan alasan ingin menghadiri acara keluarga dan tidak pernah kembali sampai 4 Maret 2015, di saat rombongan tur akan bertolak ke Indonesia.
Menurut Iqbal, pimpinan tur sempat mencoba menghubungi beberapa orang dalam kelompok 16 WNI tersebut. Tapi respons yang diberikan tidak menunjukkan adanya keinginan untuk bergabung dengan rombongan tur kembali ke Indonesia.
"Ketika di-SMS oleh tour leader-nya mereka mengatakan 'kalau teman-teman bisa pulang dengan lancar pada tanggal 4 (Maret),i'm fine, we are fine. Enggak usah pikirkan kita," ucap Iqbal, mengutip isi SMS tersebut.
Iqbal mengungkapkan, pemerintah Turki mencoba mendeteksi keberadaan 16 WNI itu dengan bantuan kepolisian setempat dan melacak melalui CCTV, khususnya di area perbatasan Turki dengan Suriah. Tapi usaha tersebut ia anggap tidak mudah karena perbatasan Turki-Suriah sangat luas, mencapai sekitar 900 kilometer.
"Saya tidak bisa verifikasi niat dalam hati orang. Tetapi saya bisa katakan kalau dari kronologinya, ini bukan kasus kehilangan. Mereka memang sengaja untuk tidak kembali ke Indonesia," ucap Iqbal.
Menurut Iqbal, pemerintah Indonesia harus mewaspadai digunakannya alasan tur oleh WNI untuk masuk ke perbatasan Suriah. Modus yang digunakan 16 WNI tersebut baru pertama kalinya terjadi.
Thx to kompas.com :D